Tribuana (Gareng dan Petruk)
Hari-hari
selanjutnya kahyangan Suralaya digegerkan lagi oleh kedatangan dua jin yang
bernama Mercukilan dan Mercukali. Mercukilan berperawakan tinggi jangkung
dengan hidung panjang seperti burung pelatuk dan kepalanya berkuncir, sedangkan
Mercukali berperawakan pendek berhidung besar bulat seperti buah tomat,
kepalanya juga sama berkuncir. Keduanya bertingkah jenaka tapi sering sekali
menyombongkan diri. Apalagi setelah keduanya sanggup mengalahkan Cingkarabala
dan Balaupata sehingga kedua duruwiksa penjaga gerbang Selamatangkep itu harus
lari tunggang langgang menghadap Sang Hyang Jagatnata (Manikmaya) di istana
Jonggring Salaka. Sang Hyang Manikmaya lalu menghadapi Mercukilan dan Mercukali
menanyakan maksud kedatangan mereka. Kedua jin itu dengan sombongnya meminta
Manikmaya menyerahkan kahyangan Suralaya kepada mereka berdua. Mereka mengaku
merasa lebih pantas menguasai Triloka dibandingkan Manikmaya yang hanya
perwujudan ‘akyan’ (jasad halus). Sang Hyang Manikmaya yang sudah pasti menolak
permintaan kedua jin itu, maka mereka pun melakukan perang tanding. Mercukilan
dan Mercukali memiliki kesaktian-kesaktian gaib, gerakan mereka sangat gesit
sehingga Sang Hyang Manikmaya merasa kesulitan menghadapinya. Begitu juga
dengan Mercukilan dan Mercukali, keduanya tidak sanggup mengalahkan kesaktian
Manikmaya. Pertempuran diantara mereka cukup dahsyat walaupun kedua jin itu
bertempur secara semrawutan, terkesan bercanda atau memang sengaja meremehkan
lawannya. Hal itu membuat Manikmaya merasa kesal, ia seperti sedang
dipermainkan oleh kedua musuhnya, maka ia pun memutuskan untuk menyelesaikan
pertempuran dengan menyiapkan aji Kemayan agar musuh-musuhnya dapat segera
dibinasakan, tapi sebelum Manikmaya merapal kesaktiannya, Hyang Ismaya dan
Antaga datang menghampiri. Hyang Ismaya melarang Manikmaya menggunakan aji
Kemayan, dan membiarkan dirinya untuk menghadapi kedua bangsa jin tersebut.
Melihat Hyang Ismaya perutnya buncit, pantatnya besar, kepalanya berkuncung,
dan giginya cuma satu menghiasi mulut, Mercukilan dan Mercukali saling berbisik
lalu terkekeh-kekeh menertawakan. Dengan sombongnya, mereka menganggap suruhan
Manikmaya itu tidak lebih dari dua duruwiksa penjaga gerbang Selamatangkep yang
dapat mereka kalahkan dengan sangat mudah. Hyang Ismaya sebenarnya menyukai
tingkah jenaka Mercukilan dan Mercukali, tetapi ia tidak menyukai sifat-sifat
sombongnya. Ismaya mengingatkan kepada dua jin itu agar tidak selalu meremehkan
dan menghina orang lain, sebab wujud mereka pun tidak lebih dari keadaannya.
Mercukilan dan Mercukali tidak menggubris kata-kata Hyang Ismaya, keduanya
segera menerjang, akan tetapi Hyang Ismaya yang sudah siap menghadapi keduanya,
menyambut serangan mereka. Pertempuran mereka tidak berlangsung lama, sebab
Hyang Ismaya sendiri bertempur lebih semrawut dibandingkan kedua musuhnya.
Mercukilan dan Mercukali jatuh bangun menghadapi Hyang Ismaya, keduanya
tersungkur setelah ditabrak oleh Hyang Ismaya, lalu oleh Hyang Ismaya kedua
kuncir kepala kedua jin itu ditangkap sehingga mereka menjerit-jerit memohon
ampun. Hyang Ismaya memantrai mereka dengan aji Kawrastawam (kawaspadan cipta).
Seketika wujud Mercukilan dan Mercukali berubah, wajah mereka yang sebelumnya
agak menyeramkan berubah menjadi seperti rakyat jelata yang polos. Mereka
berdua kemudian diampuni dan diangkat anak oleh Hyang Ismaya. Mercukilan
namanya diganti menjadi Petruk sedangkan Mercukali diganti namanya menjadi
Gareng.
sumber: media wayang Indonesia
salam : Rahma NR@ 2017