Kamis, 20 Maret 2014

Mengajarkan Moral Terhadap Anak

Mengajarkan Moral Terhadap Anak Lewat Kisah Lakon Wayang Kulit Wisanggeni Lahir
http://youtu.be/f7B2vUyQSXs
Seperti yang kita ketahui, banyak pesan moral yang ada dalam kisah pewayangan seperti: Barathayuda, kisah Hanoman (hanoman obong), baruklinthing, Lahirnya Wisanggeni dan lain-lainnya.

Mungkin kebanyakan orang modern kurang memahami semua materi dan pesan moral yang terkandung dalam kisah-kisah tersebut, namun ada satu kisah yang lumayan saya pahami dan saya rasa sangat menarik untuk di kupas mengenai pesan moral nya yaitu; lakon Lahirnya Wisanggeni,

Kisah kelahiran Wisanggeni diawali dengan kecemburuan Dewasrani, putra Batari Durga terhadap Arjuna yang telah menikahi Batari Dresanala. Dewasrani merengek kepada ibunya supaya memisahkan perkawinan mereka. Durga pun menghadap kepada suaminya, yaitu Batara Guru, raja para dewa.

Atas desakan Durga, Batara Guru pun memerintahkan agar Batara Brama menceraikan Arjuna dan Dresanala. Keputusan ini ditentang oleh Batara Narada selaku penasihat Batara Guru. Ia pun mengundurkan diri dan memilih membela Arjuna.

Wisanggeni
Brama yang telah kembali ke kahyangannya segera menyuruh Arjuna pulang ke alam dunia dengan alasan Dresanala hendak dijadikan Batara Guru sebagai penari di kahyangan utama. Arjuna pun menurut tanpa curiga. Setelah Arjuna pergi, Brama pun menghajar Dresanala untuk mengeluarkan janin yang dikandungnya secara paksa.

Dresanala pun melahirkan sebelum waktunya. Durga dan Dewasrani datang menjemputnya, sementara Brama membuang cucunya sendiri yang baru lahir itu ke dalam kawah Candradimuka, di Gunung Jamurdipa.

Narada diam-diam mengawasi semua kejadian tersebut. Ia pun membantu bayi Dresanala tersebut keluar dari kawah. Secara ajaib, bayi itu telah tumbuh menjadi seorang pemuda. Narada memberinya nama Wisanggeni, yang bermakna “racun api”. Hal ini dikarenakan ia lahir akibat kemarahan Brama, sang dewa penguasa api. Selain itu, api kawah Candradimuka bukannya membunuh justru menghidupkan Wisanggeni.

Batara Brahma
Atas petunjuk Narada, Wisanggeni pun membuat kekacauan di kahyangan. Tidak ada seorang pun yang mampu menangkap dan menaklukkannya, karena ia berada dalam perlindungan Sanghyang Wenang, leluhurnya.

pesan moral dalam lakon ini antara lain adalah: Wisanggeni di buang di kawah candra dimuka, bukannya mati tapi justru tumbuh menjadi pemuda sakti dan tangguh.

Kalau dimaknai secara harfiah yaitu; seorang anak yang di pisah dari orang tua nya untuk menuntut ilmu di sebuah padepokan, perguruan maupun pesantren tanpa di dampingi oleh kedua oarang tua nya namun tetap di bawah pengawasan orang yang tepat dan bijaksana, di tempat sang anak belajar, ia dididik dengan disiplin dan ditempa agar siap menjadi anak yang tangguh untuk menghadapi tuntutan zaman yang semakin tidak karuan.


sumber : media seni budaya wayang Indonesia





Selasa, 18 Maret 2014

Kajian Ilmu & Motivasi

Baldatun Thoyyibatun Wa Robbun Ghofur

Merupakan kalimat yang seringkali kita dengar dan disebut-sebut setiap kali seseorang berpidato berapi - api tentang sebuah negara, wilayah, atau daerah. Namun apakah arti dari Baldatun Thoyyibatun Wa Robbun Ghofur itu sendiri ,,,




Pengertian Tulisan Baldatun Thoyyibatun Wa Robbun Ghofur

Contoh cerita suatu negara yang adil dan makmur, yang diberkati serta diampuni Allah SWT.?? negeri yang "gemah ripah loh jinawi serta toto tentrem kerto raharjo"? Entahlah.. hingga kini saya belum lagi mendapatkan arti yang pasti dari kata Baldatun Thoyyibatun Wa Robbun Ghofur. 

Baldatun Thoyyibatun wa robbun Ghofur adalah sebuah negeri yang subur dan makmur, adil dan aman. Dimana yang berhak akan mendapat haknya, yang berkewajiban akan melaksanakan kewajibannya dan yang yang berbuat baik akan mendapat anugerah sebesar kebaikannya. Tidak ada lagi kezaliman.
Orang kaya menzalimi yang mizkin, yang kuat menzalimi yang lemah, yang berharta memanfaatkan hartanya untuk meraih posisi dan prestasi. Hal yang seperti ini akan menyebabkan sebuah negeri menjadi negeri yang

Baldatun la'natun wa Robbun ghofur

Menjadi negeri yang dilaknat Allah. Sehingga kedamaian keadilan, kemakmuran tidak akan pernah menyentuh negeri yang seperti ini.

Baldatun Thoyyibatun Wa Robbun Ghofur

merupakan cita-cita seluruh bangsa di dunia. Dan hanya dengan segala usaha dan kerjakeras beriring doa maka impian dan harapan suatu kaum akan terlaksana. Amiin
Syaikh Ahmad Rifa'i: Lumakuho siro kabeh nejo ing Allah, Tingkahe dangan lan abot sayah, Tingkahe sugih miskin gagah, Tuwin loro waras susah dalam manah.
Islam menghendaki segala sesuatu dilakukan tidak dengan cara paksaan, bahkan dalam menentukan suatu keyakinan pun Islam memberikan kebebasan kepada manusia untuk memilih.

Firman Allah SWT;
Terjemahan QS. Al Baqarah: 256. yang artinya: tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam);Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. karena itu Barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut (162) dan beriman kepada Allah, Maka Sesungguhnya ia telah pegang kepada buhul tali yang Amat kuat yang tidak akan putus. dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
Allah SWT berfirman;
Terjemahan QS Al Baqarah: 143. yang artinya: dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat pertengahan ... yang adil dan pilihan[95] agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. dan Kami tidak menetapkan kiblat yang menjadi kiblatmu (sekarang) melainkan agar Kami mengetahui (supaya nyata) siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang membelot. dan sungguh (pemindahan kiblat) itu terasa Amat berat, kecuali bagi orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah; dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia.

Disini dapat diartikan bahwa Islam mengajarkan kepada kita agar segala sesuatu dilakukan tidak dengan cara paksaan dan tidak berlebih-lebihan.
Kata washata disebut lima kali dalam Al-Quran. Semua kata washata bermakna tengah atau moderat. Berkenaan dengan makna washata ini, Al-Raghib Al-Isfahani menyatakan, sebagai sesuatu yang berada dipertengahan yang kedua ujungnya pada posisi sama. Dengan demikian ketika disebut ummatan washatan itu artinya umat yang moderat atau umat yang berada dipertengahan. Posisi pertengahan mengandung makna tidak memihak ke kiri dan ke kanan. Tentu saja makna kiri dan kanan bukan sekedar arah, tetapi bisa idiologi, pemikiran atau sistem lainnya.

Negeri Saba’ Hancur Karena Tikus Korupsi

Melihat gegap gempitanya masalah korupsi yang sekarang hampir tiap hari menghiasi seluruh media Indonesia yang menunjukkan betapa akut dan kronisnya korupsi hampir diseluruh lembaga Negara saya jadi merinding. Saya takut Indonesia akan mengalami pengulangan sejarah kehancuran negara- negara zaman dahulu kala gara - gara  korupsi yang merajalela bila tidak segera dilakukan tindakan yang tepat dan benar dalam mereformasi jajaran penegak hukum, sebagaimana terjadi pada negeri Saba’ (Yaman sekarang). Berdasarkan contoh Al-Qur’an, negara yang pada awalnya makmur dan kemudian hancur berkeping - keping adalah negeri Saba’. Bahkan saking pentingnya tauladan yang dapat diambil dari negeri ini, Allah mengabadikannya sebagai salah satu nama Surat Al- Qur’an, yakni Surat Saba’ (surat ke 34).
Tidak sebagaimana kisah-kisah lainnya yang juga sering dapat ditemukan dalam Al-Kitab (Taurat-Injil), maka kisah kehancuran negeri Saba’ ini hanya diceriterakan dalam Al-Qur’an, karena masa kehancurannya dimulai sejak 542 setelah Masehi, 500 tahun lebih setelah wafat Isa Al-Masih.
Dalam Surat tersebut Allah menyebutkan kemakmuran negeri Saba’ dengan kalimat:”…. 
Negeri yang baik, dibawah naungan Tuhan yang Maha Pengampun. Tapi kemudian mereka berpaling (durhaka) maka kami datangkan kepada mereka AIR BAH (Sail Al-arim) dari bendungan (yang jebol), dan kami ganti dua hamparan kebun mereka menjadi kebun-kebun yang (hanya) menghasilkan  buah-buahan yang pahit rasanya, pohon Asl dan sedikit pohon Sidr. Demikianlah kami balas kekafiran mereka, dan pembalasan kami hanya kepada orang- orang yang kafir”.(QS; As-Saba’/34:15-17).

“Baldatun Thoyyibatun Warobbun Ghofur” demikian cuplikan ayat Saba’ diatas. Kalimat ini sering didengungkan oleh para ulama’ dan umaro’, lebih-lebih saat kampanye berlangsung, yang arti letterlijk nya adalah: negeri yang baik, dengan Tuhan yang Maha Pengampun sering diterjemahkan dengan bahasa slogan: Negara yang subur makmur gemah ripah loh jinawi yang di ridhoi Tuhan…”


Eksistensi suatu negara hancur akibat korupsi

Allah berfirman: “Allah membuat percontohan suatu Negara yang (asalnya) aman sentosa, rizkinya melimpah dari segenap penjuru. Kemudian penduduknya mendurhakai nikmat-nikmat Allah. Maka Allah pun memberikan kepada mereka  “pakaian ketakutan dan kelaparan” (resesi berkepanjangan bagaikan pakaian yang membelit), akibat apa yang telah mereka perbuat” Q.S. An-Nahl 112. Syekh Arslan menyatakan: ”Sesungguhnya eksistensi suatu bangsa tergantung pada keadaan akhlaqnya, bila suatu bangsa hancur moralnya, maka hancur pula eksistensinya”.
Kini Indonesia adalah Negara yang “Gemah ripah loh KORUPSI” (Negara yang korupsinya subur), bila para pemimpin dan seluruh element bangsanya tak sadar juga, bukan mustahil akan bernasib sama seperti negeri Saba’.

Mudah-mudahan para pemimpin bangsa ini dan kita semua segera sadar sebelum segalanya terlambat. Amiin.

sumber: kajian agama Islam